Selayang Pandang

Pengelolaan Sumber Daya Air  Korea Selatan

Data dan Fakta.
      Korea Selatan, sebuah negara di kawasan Asia Timur dengan pendapatan perkapita USD 28,338 (2015) dan GDP urutan kelima belas dunia (USD 1,4 trilyun) termasuk dalam jajaran negara maju, anggota OECD (1995), G20 (2010) dan salah satu dari empat macan Asia Timur yang pernah disebut pada tahun 1990an. Berbeda dengan saudaranya, Korea Utara yang sampai saat ini masih jauh tertinggal, Korea Selatan mencapai semua prestasinya itu dalam waktu yang relatif singkat, yakni sejak kebangkitan ekonomi mulai awal 1960an, beberapa tahun setelah perang Korea yang memisahkan dengan negara saudaranya pada tahun 1953.
     Pesatnya kemajuan Korea Selatan dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi yang sangat mengesankan, antara lain pendapatan perkapita yang meningkat lebih dari 318 kali dari USD 89 pada tahun 1961 menjadi USD 28,338 pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi rata-rata 8 % selama 1961-1990; 9,2 % (1982-1985); 12,5 % (1986-1988), surplus perdagangan sebesar USD 7,7 (1987) dan USD 11,4 (1988). Prestasi itu masih dapat terus dipertahankan sampai saat ini meskipun tak lepas pula dari dinamika perkembangan ekonomi dunia, antara lain sempat mengalami pelambatan pada masa krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 seperti dialami negara-negara lain di Asia Tenggara.
     Momentum perkembangan ekonomi Korea Selatan berimbas pula pada kemajuan dalam pengelolaan sumber daya air di Negeri Ginseng itu. Korea Selatan memulai pembangunan sumber daya air secara terencana pada tahun 1965 dengan meluncurkan 10 Year Plan on Water Resources Development yang mencakup tujuan dalam berbagai aspek, seperti pemenuhan kebutuhan air untuk produksi pangan, rencana industrialisasi, pengendalian banjir; pembangunan bendungan multi guna; revisi peraturan dan kelembagaan serta peningkatan organisasi pengelolaan. Setidaknya terdapat tiga keberhasilan pokok yang pada tahap berikutnya ikut menentukan kemajuan Korea Selatan dalam pembangunan sumber daya air dari rencana pembangunan 10 tahun tersebut.
      Pertama, pembangunan bendungan-bendungan besar yang berfungsi multiguna untuk memasok kebutuhan air bagi rumah tangga, industri dan pertanian, pembangkit listrik dan pengendalian banjir. Pembangunan bendungan diikuti kemudian dengan pembangunan sistem jaringan pemasok air volume besar (bulk water supply system) untuk memenuhi kebutuhan air bagi rumah tangga di perkotaan dan industri. Hal ini sangat membantu proses industrialisasi dan urbanisasi yang terus meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi yang dicapai. Sampai tahun 1980an, pembangunan bendungan dibiayai dengan bantuan luar negeri dan lembaga keuangan internasional, namun sejak 1990 Korea Selatan membiayai dengan anggaran sendiri
     Kedua, pembentukan lembaga pelaksana pembangunan dan pengelolaan sumber daya air yang berfungsi efektif dan berhasil secara berangsur mengembangkan kapasitas dan produktivitasnya. Pada awal pembentukannya tahun 1967, lembaga yang dimaksud adalah Korea Water Resources Development Corporation, kemudian berganti nama menjadi Industrial Sites Development Corporation pada 1974 dan sejak 1988 berubah menjadi Korea Water Resources Corporation (K-Water) sampai saat ini. Pada awalnya tugas dan tanggung jawab lembaga ini meliputi tiga pokok pekerjaan, yakni memasok air bagi kebutuhan rumah tangga, perkotaan dan industri kepada pemerintah daerah (kota/kabupaten) dan industri besar di kawasan industri nasional; membangun dan mengelola bendungan multiguna
BERANDA    SEPUTAR  PERTANIAN    KEBIJAKAN DAN PERATURAN      ARTIKEL    TENTANG SITUS INI 
selanjutnya....
Daecheong Dam, salah satu bendungan  yang dibangun oleh Pemerintah Korea Selatan di Daejon, Korea Selatan
Sihwa Lake Tidal Power Station, pembangkit listrik pasang surut air laut
Sungai-sungai di Korea Selatan