Mentan Beri Penjelasan....
Melihat kesenjangan profit marjin antara pelaku ini tidak adil, dimana keuntungan produsen petani sebesar
Rp65,7 triliun ini bila dibagi kepada 56,6 juta anggota petani padi (data BPS diolah), maka setiap petani hanya memperoleh marjin
Rp1 juta - Rp 2 juta pertahun. Sementara setiap pedagang/middleman secara rata-rata memperoleh Rp133 triliun dibagi estimasi jumlah
pedagang 400 ribu orang, sehingga rata - rata per orang Rp300an juta per pedagang. Keuntungan tersebut adalah rata-rata, ada yang
mendapat keuntungan sangat besar ada yang mendapat keuntungan sangat kecil.
"Satgas pangan menginginkan keuntungan terdistribusi secara
adil dan proporsional kepada petani, pedagang beras kecil dan melindungi konsumen," jelas Andi.
Adapun hitungan keekonomian secara
nasional dari bisnis beras premium/khusus: bila diketahui marjin minimal Rp 10.000/kg dikalikan total beras premium yang beredar diperkirakan
1,0 juta ton (atau 1 miliar kg), ditaksir 2,2 persen dari produksi beras nasional sebesar 45 juta ton setahun. Dengan demikian, terdapat
disparitas keekonomian sekitar Rp10 triliun. "Bagaimana kalau hal ini terjadi selama beberapa tahun yang lalu?," tambah Andi.
Pemerintah
membeli gabah sesuai HPP untuk melindungi petani saat harga jatuh dan membeli gabah diatas HPP oleh Bulog dengan pola komersial. Pemerintah
mendorong agar harga lebih bagus sehingga menguntungkan petani.
Komoditas beras sendiri termasuk barang pokok yang diatur dan diawasi
pemerintah berdasarkan Perpres No. 71/2015 tentang penetapan dan penyimpanan barang kebutuhan pokok dan barang penting. Permendag
63/2016, Permendag No. 27/2017 dan Permendag No. 47/2017 jugamengatur harga acuan bawah untuk melindungi petani dan harga acuan atas
untuk melindungi konsumen.
"Terkait dengan kasus PT.IBU saat ini sedang dalam proses penyidikan aparat hukum. Marilah kita menghormati
proses hukum tersebut. Kita berharap penanganan permasalahan ini berdampak positif menciptakan ekonomi yang berkeadilan, meningkatkan
kesejahteraan petani, tidak merugikan konsumen dan kondusif bagi kestabilan ekonomi nasional," tutup Andi.
Sumber : suara.com